Banci mabuk

January 24th, 2009 by Kika

Pagi jam 06.30, aku dan fitra sudah berburu sarapan karena hari ini, aku ada janji sama teman-teman sesam penulis di Bogor dalam rangka membicarakan mimpi masa depan sekalian juga memperkenalkan program Taman Baca kepada teman-teman. Tentunya bermaksud biar dapat dukungan (minimal sih…) juga sedikit bantuan buat meminta teman-teman meluangkan waktunya untuk itu.

Perjalanan 1.5 jam dari Depok-Bogor aku tempuh dengan ditemani buku Post-Structuralism and Postmodernism “sebuah pengantar kritis” dari Madan Sarup. Tanpa terasa dengan sedikit menahan panas suhu udara yang sepertinya sedang mencari perhatian manusia, aku sampai juga di lokasi pertemuan di SMA 7 Bogor dalam acara “Monolog dan Puisi” yang diselenggarakan oleh Jurnal Bogor.

Di kantin sekolah sembari ngobrol sana-sini, aku, fahmi dan boole berbincang menyoroti fenomena alam manusia (bukan alam dunia) terutama Indonesia yang sepertinya terlalu jauh memandang. Dari kejadian Palestina akibat komentar Obama yang mengecam hamas dan memihak Israel, “Obama harusnya belajar sejarah dulu sebelum ngomong gitu..” kataku. Sampai dengan pembicaraan cara hyperactive nan sensual yang dipertunjukkan Pemerintah, MPR, Partai-partai peserta pemilu yang seakan sedang berlomba memacu kuda kampanye mereka dalam mengirimkan bantuan sosial untuk Palestina. Hingga terlupa dengan kejadian gempa Sorong.

Akhirnya sampailah pada topik Taman Baca, fahmi dan Boole alias wahyu berkeinginan bisa membantu pendirian Taman Baca ini dengan menyesuaikan kebutuhan dan bidang mereka yang calon tenaga pengajar alias guru bin teacher. Wuihhh senang sekali karena dapat lagi tenaga untuk sukarelawan nantinya. Sempat terjadi diskusi menarik antara kami bertiga. Kenapa Taman Baca, begitu kalau boleh aku terjemahkan pertanyaannya. Akhirnya aku jawab dengan pengandaian dan sedikit mencari kata-kata yang tepat.
“Apa sebenarnya inti dari membaca?” begitu kataku sedikit berenigma. “Belajar mas” jawab mereka berdua.
“Belajar dalam bahasa inggrisnya apaan?” tanyaku lagi.
“Learning mas” jawab boole.
“Terus learning bagian dalam bahasa mayor atau global apa?” tanyaku lagi.
“Education mas” jawab mereka.
“Nah itu sudah tahu” sergahku.

Sekelumit pembicaraan ini sungguh mengasyikkan dan memberi angin segar dikarenakan panasnya cuaca Bogor hari ini. Benar, inti dari kegiatan untuk mendirikan Taman Baca ini adalah untuk memeratakan pendidikan meski tidak dalam bentuk formal. Ketimpangan pendidikan dan juga arah bentuk program pendidikan yang sangat banyak implikasinya menjadi alasan untuk mendirikan Taman Baca ini. Dari beratnya biaya sekolah, hingga penerimaan sekolah-sekolah yang masih menomersatukan anak orang mampu, hingga dengan banyaknya anak multi talent yang tercipta di Indonesia dikarenakan konsumsi pelajaran mereka yang sesuai jargon “Pelangi pelangi alangkah indahmu” dan membuat betapa sedikitnya bakat anak Indonesia yang benar-benar bisa menonjol. Tidak ada fokus tertentu dalam pembangunan pendidikan dan Masih lebih banyak membangun sarana dan prasarana dari pada membahas infrastruktur otak para anak didik, meskipun semuanya penting. Yang akhirnya muncul pertanyaan banyak orang yang menjurus asumsi bahwa pendidikan di Indonesia memang dibikin kacau agar Para Politisi atau keluarga Politisi bisa tetap menguasai Indonesia ini tanpa diganggu pemikiran pemikiran yang kritis.

Pembicaraan akhirnya terhenti karena hari ini juga aku harus meluangkan waktuku kepada anak tercintaku. Karena aku takut bila hari ini aku tidak mau meluangkan waktuku, suatu hari nanti di saat aku tua dia nggak mau juga meluangkan waktunya kepadaku. Dan akupun menuju stasiun Bogor dengan diantar oleh fahmi. Di dalam kereta ekonomi Bogor-Jakarta, aku mereview pembicaraan kami bertiga. Memang, saat ini pendidikan di Indonesia terlalu kebanyakan warna dan bahkan menjurus menjadi warna yang abu-abu hingga akhirnya mirip dengan “Banci Mabuk”. Banci, dimana mereka adalah korban alam yang akhirnya berada ditengah-tengah perang perasaan dan keadaan. Mabuk, karena sepertinya enak terbuai dengan segala kemewahan yang nampak tanpa melihat sisi kanan, kiri, depan, belakang, dimana masih banyak yang tidak bisa, atau bahkan tidak mampu mengenyam pendidikan dengan Baik.
Wallahu alam.
Salam.

22 Responses to “Banci mabuk”

  1. mama Gaya Says:

    Mulia sekali hatimu mas, saya pernah ikutan dlm program CSR Perusahaan tempat saya bekerja, yaitu taman baca juga yang diselenggarakan dilokasi2 yang kira2 masih terbelakang, byk anak usia sekolah tp krg fasilitas. Disitu konsepnya menyediakan ruang perpustakaan dengan segala macam buku dari kami dan pada setiap minggu ada fasilitator dari kami (sukarelawan perusahaan) yang harus menghandle taman baca tersebut dari mulai memberikan games, mengajak semua anak disitu untuk suka membaca (pengalamanku ada anak yang sbg “kompor” mengganggu teman2 nya yg mau membaca, dan dia sbg jagoan disitu…ayahnya seorang tk.becak dan maaf..tanggapannya terhadap arti hidup, kondisi indonesia saat ini sangat luar biaaassaaa… Dia bilang “buat apa kita baca, toh orang2 itu semua yang bisa baca, gak bisa bikin harga2 murah” diiieeeennggg…..kerasa kan mas…hehe..)dan juga mendongeng. Program perusahaan kami waktu itu hanya selama satu th, krn th berikutnya pengelolaan diberikan kpd masyarakat setempat. wuiihh…byk bgt reply-nya yaa…maap..maap… :-)

  2. dewi Says:

    aku dukung bagi siapapun yang mau berbagai terhadap sesama termasuk yang buka taman bacaan…salut!

  3. nova Says:

    Salam kenal dari kota Pangkalpinang. Saya salut dan terkesan dengan apa yang sudah mas lakukan untuk dunia pendidikan di Indonesia. Memang banyak sekali yang belum kita sentuh dalam mendidik anak bangsa terutama bagi lapisan bawah yang nota bene selalu tertinggal dan sengaja ditinggalkan oleh mereka yang kurang peka pada nurani.

    Mencari kawan sehati, mau bekerjasama dan satu visi misi sangatlah susah,jadi bersyukur sekali mas memperoleh kawan yang diinginkan. Semoga apa yang selama ini mas cita-citakan dapat tercapai.

    Terimakasih untuk keikhlasannya dalam memajukan pendidikan anak bangsa dan akan saya sampaikan kepada anak didik saya tentang semua ini untuk mengasah nurani mereka. Salam persahabatan dari Pangkalpinang.

  4. ocean Says:

    Hi friend.. Nice post.. Visit my blog and post your comments.. Cheers!!!

  5. budhe Says:

    Alhamdulillah..turut bangga dan bersyukur atas kepedulian Antum smua akan dunia pendidikan dan upaya mencerdaskan bangsa,smoga Allah Ta’alla mudahkan serta membalas dengan kemuliaan dan kebaikan yang banyak..Selamat berjuang dan hayo lebih semangat..hmmmm budhe bisa bantu apa ya..

  6. budhe Says:

    banci mabuk…hmmmm..istilah macam mana tuh

  7. Kika Says:

    Budhe, istilah itu karangan saja. lagian salah satu strategi SEO tuh…hahahaha… banyak orang kan lebih tertarik dengan dunia XXX jadi manfaatin saja ketertarikan mereka, barangkali jadi tergerak setelah baca semua ini.
    Budhe kalau mau bantu sesuaikan saja dengan yang bisa dilakukan. Terima kasih.
    Salam.

  8. bocahbancar Says:

    Banci Mabok…

    He he he …Saya pikir ceritanya lucu eh ternyata sarat akan kritik dan pemikiran…

    Salam…

  9. budhe Says:

    Okay.. Insya Allah walaupun ga’ seberapa budhe segerakan..

  10. ãñÐrî Says:

    Tok Tok Tok…
    Jalan2 dari http://bugiakso.com/lomba/peserta/ khusus peserta depok :mrgreen:

    Salam Kenal… Oya, ãñÐrî juga blogger depok loh dan ikutan juga lomba yang di Bugiakso…
    Oya, support & ikutan http://indonesian-friendship-blogger.co.cc yach… rencana nanti akan merangkul Blogger Depok juga.

    nice post, keep share & CU Arround ;)
    ãñÐrî a.k.a http://ndri.info
    Salam Perubahan!

  11. The Dexter Says:

    Terima kasih atas supportnya budhe.

  12. marsudiyanto Says:

    Berarti sehari2 saya bergelut dengan Banci Mabuk ya…
    [Saya bukan temannya Pak Sawali. Pak Sawalilah yang teman saya...]

  13. budhe Says:

    wah.. mestinya sebelum ngerrjain tu pe er kesini dulu yach.. soale mang kirain biasa tanpa mengandung pesan lebih dari sekedar fungsi membaca.. maafkan yach..

  14. budhe Says:

    Maaf nich,budhe kesulitan transfernya..soale bca…tolong ada yang punya rekening mandiri ga’…makasih..

  15. fata Says:

    bener kan kataku? harus ada rek BCA ato Mandiri utk mempermudah transfer.

  16. fata Says:

    semoga blog Tamanbaca mendapatkan para pemasang iklan ya. biar bisa disumbangkan utk program tamanbaca.

  17. Kika Says:

    Iya kak, makasih masukannya… Terima kasih juga doanya

  18. abdee Says:

    saya dulu pernah diikutkan kantor dalam program taman baca meski sebatas ikut tim pembuat logo dan item2 kreatifnya…

  19. pak guru Says:

    saya belum kesampai juga bikin taman baca untuk lingkungan saya…semoga sukses dengan cita2 mulianya…aminnnnnnnn

  20. budhe Says:

    maaf banget nich..jadi blibet . budhe pake internet banking mandiri dan klo’ ke lain bank tu ga’ bisa di cek nyampainya gini… dan mohon tolong klo’ ada yg punya rek mandiri.Makasih yach..mang seh ga’ seberapa sekali lagi maaf dan budhe tunggu ..smoga sukses berkah barokah atas penyelenggaraan taman bacanya

  21. metaMARSphose » Sifat Komutatif Says:

    [...] unik terjadi saat ada seorang sahabat yang tanya ke saya, Apakah saya temannya Pak Sawali?. Langsung saya jawab: “Saya bukan temannya Pak [...]

  22. Juliach Says:

    Bacaanmu kelas berat banget!

Leave a Reply

RSS Feed