Sedikit berbagi
January 18th, 2009 by Kika
Dalam sebuah perjumpaanku dengan Mbok Tiyem, di daerah Indramayu, sempat terjadi percakapan
yang menggugah setiap detik langkah yang ingin aku lakukan.
“Mau kemana nak??” sapa Mbok Tiyem,
“Mau ke Depok mbah…” sahutku.
“Ohh… Jaman dulu simbah kalau perang sampai daerah sana” sambungnya.
“Wah… tahun berapa itu mbah?” aku tertarik.
“Iya, dulu aku jalan kaki dari Jogjakarta menuju Jakarta bareng rombongan Pak Dirman
(Jendral Sudirman maksudnya) sekitar tahun 1948 (ini kalau saya nggak salah dengar yah,
soalnya rame dipinggir jalan raya)”.
Sembari terlihat matanya menerawang seakan kembali ke masa lalunya. Gurat wajahnya yang
masih terlihat kokoh, menandakan begitu banyaknya pengalaman yang sudah dilaluinya. Langsung
keinginanku untuk secepatnya pulang mereda. Penasaran membawaku berusaha ngobrol lebih
banyak.
“Emang sekarang simbah mau kemana?” tanyaku.
“Mbah mau ke Jakarta nak, mau ngurus Truk - truk yang kena masalah di Mabes Polri di
daerah komdak”. sahutnya.
“Busyet” batinku.
Nenek-nenek ngurusin masalah truk di kepolisian???
“Simbah nggak dapat pensiun nak, apa yang sudah pernah diperbuat tidak bisa
meninggalkan bekas penghormatan yang layak”, begitu menurutnya.
“Simbah cuma dapat kenalan, dan koneksi dari para anak sejawat simbah yang sekarang
banyak jadi pejabat di kepolisan”.
benakku menerawang jauh, mencoba menggali dan menjadi simbah Tiyem di masa lalu. Berjuang
meneteskan darah, keringat dan nyawa, namun saat sudah merdeka, justru merekalah yang
dijajah oleh para penerusnya (mungkin termasuk aku ikut andil). Bila mereka mampu dekat
dengan penguasa maka jalan terbuka lebar.
Sekelumit cerita pertemuanku dengan Mbah Tiyem ini sungguh menginspirasi. Kenapa sejarah menjadi kacau balau, belum lagi sifat para penggede yang masih seperti ini? Apa sebab mereka hanya memikirkan diri sendiri dan kenapa?
Selang 5 bulan setelahnya, aku kembali teringat percakapan itu. Aku coba pecahkan inti
masalah ala “aku”. Ketika orang membutuhkan makan, maka akan berusaha sebisa
mungkin untuk mencari alat untuk makan dengan bekerja. Ketika orang butuh bekerja dengan
layak, maka dia akan dihadapkan dengan situasi akan tingkat pengetahuan dan ilmunya. Dan
setelah dihadapkan dengan tingkat pengetahuan dan ilmu seperti itu, maka kita akan berujung
dengan satu kata “Pendidikan”.
Dan inilah inspirasi yang mendorongku mendirikan Taman Baca.
Bila pendidikan di negeri ini bagus, maka pejabat kita pun akan jadi bagus, dan bila pejabat
kita bagus, maka mbah tiyem tidak akan lagi kesulitan mendapatkan penghormatan akan
pengorbanan yang sudah dilakukannya di masa perang kemerdekaan, dan beliau bisa makan dengan
tenang tanpa harus pergi ke Jakarta untuk mendapatkan sedikit komisi agar bisa menyambung
hidup.
Salam.
- Posted in Symphony, Taman Baca
January 19th, 2009 at 9:32 am
itulah, kawan. jangan heran bila berhadapan dengan kisah2 seperti itu. sampai saat ini, itulah negeri kita.
kita berharap dan berusaha saja, semoga generasi mendatang, mempunyai mental yang lebih baik dari saat ini.
January 19th, 2009 at 10:01 am
Iya goenoeng, yang penting kita tatap ke depan. Bila kita masih menyalahkan dan mencari salah. maka tiak akan pernah berhenti.
January 19th, 2009 at 10:23 am
ya, begitu banyak cerita masa lalu di negeri ini yang terkadang membuat kita “merasa bersalah”. tetapi dari adanya rasa bersalah itulah kita lantas termotivasi untuk berbuat sesuatu bagi lingkungan sekitar atau bagi negara-bangsa. walau kecil, jika dilakukan dengan gigih dan tulus, insya allah akan menjadi sebuah ibadah!
January 19th, 2009 at 10:24 am
semoga sukses yahh
January 19th, 2009 at 10:31 am
Amin bang Nanoq.
Makasih Atca.
January 19th, 2009 at 11:27 am
cerita yg menarik dg kesimpulan yang pas banget. Padahal, awalnya saya pikir hanya cerita biasa ..ternyata….ada kaitannya dengan ‘Pendidikan’. Hebat!
January 19th, 2009 at 2:49 pm
Sebuah inspirasi yang patu diacungi jempol dan jarang mendapat mukjijat yang seperti itu
teruslah berkarya ….pasti sukses
January 19th, 2009 at 3:54 pm
Halo salam kenal…
Negri ini memang jarang menghargai para pahlawannya..
Orang-orangnya pun yang berbakay tidak dihargai di negri sendiri, dan malah dirangkul oleh negri orang.
Tidak heran kenapa Nasionalisme kita sekarang bobrok!
January 20th, 2009 at 10:33 am
@Yudhi,
mari jangan sesali apa yang sudah dan sedang terjadi, kita benahi saja langkah ke depan untuk bangsa dan negara ini. lakukan apa saja sesuai keinginan dan kemampuan diri sendiri demi kemajuan, terutama pendidikan.
January 20th, 2009 at 11:06 pm
Kalo denger cerita kamu memang isinya ngenes dan ngenes. SALAM Sukses.
January 20th, 2009 at 11:50 pm
Bukan ngenes sebenarnya mas, lebih banyak refleksi diri kita sendiri. Makasih.
January 21st, 2009 at 8:33 am
Halo salam kenal
Mungkin benar apa yang saja baca belakangan ini. sekarang ini bangsa kita tidak lagi di jajah bangsa asing, namun malah di jajah oleh penduduk pribumi sendiri. Tragis
January 21st, 2009 at 9:47 am
Sebagai salah seorang pendidik, saya setuju pendidikan (dalam arti sebenarnya) memang sangatlah penting bagi kehidupan seseorang, sehingga dia dapat menjadi lebih baik hidupnya.
Salam,
January 21st, 2009 at 10:13 am
Wah……..Bagus Nich…..Taman bacanya…..sukses selalu yah…:)
January 21st, 2009 at 11:48 am
keren mas
jadi peserta juga ya?
sukses buat kita semua
January 21st, 2009 at 12:06 pm
@Adjat
Terima kasih pak, mari kita langkahkan kaki bersama demi pendidikan.
@soleh
terima kasih mas supportnya.
@fie
setuju, tapi jangan hanya pasrah sama nasib yah…mari berjuang demi pendidikan.
January 21st, 2009 at 1:08 pm
jasmerah(jangan pernah melupakan sejarah)
hehehehehe
January 21st, 2009 at 2:16 pm
@sino
Setuju mas…
January 21st, 2009 at 3:58 pm
wah, mendirikan taman baca ya mas ?
dimana mas ?
January 21st, 2009 at 4:32 pm
@Ray
Ada di menu Taman Baca kan.
January 21st, 2009 at 5:53 pm
wah. mbah tiyem sdh memberikan inspirasi utk melakukan aksi yang mulai dan bermanfaat. jadi kepingin ketemu mbah tiyem juga, nih, mas dexter, hehehe … semoga taman baca-nya berjalan lancar dan sukses, mas. salam kreatif!
January 21st, 2009 at 5:54 pm
wew… aku jadi pingin pasang juga logo taman bacanya, mas dexter. kok ndak dikasih kodenya, hehehe …
January 21st, 2009 at 6:43 pm
Wah, ide yang genuine. Gimana kalau buka cabang di Sulang? Salam hangat
January 21st, 2009 at 7:03 pm
Negeri kita sudah cukup kusut, kitalah yang harus mengurai kekusutan dengan berbuat apapun kebaikan yang bisa kita perbuat.. sukses bro…
January 21st, 2009 at 10:30 pm
@pak Sawali,
langsung saja save as image pak… maksih banyak supportnya.
@sulang
Sangat mungkin mas , mari kita bareng-bareng usahaan agar sampai ke sulang.
@bening,
setujuuuuuuuuuuuuuuu…
January 21st, 2009 at 11:37 pm
Mbak ide bagus telah anda temukan…
saya diluar negeri hanya bisa membantu mengingatkan, supaya kita saling peduli bercermin dengan kepedulian pemerintah di taiwan.
Disini ada sekolah gratis malam hari penduduk yang buta huruf.
Bersama teman2 Saya sudah memperjuangkan supaya TKI indonesia yang disini bisa ikut, ternyata sudah diperberi izin oleh sekolah.
Dia dimulai dari SD dan memiliki ijazah seperti orang sekolah.
Ditaiwan, saya hanya bisa membantu TKI2 yang bermasalah dengan UU…
banyak hal yang bisa kita lakukan untuk membantu orang susah…
Tapi saya juga berharap ada wadah untuk peduli anak2 miskin untuk menikmati pendidikan, diIndonesia.
keinginan saya untuk memiliki wadah nyata, sudah saya usulkan diberapa blog.
Keterbatasan saya, saya tidak diIndonesia, dan tidak bisa langsung beremu anak2 ini, kuharap ada blogger yang berdomisili diindonesia, mari kita bersama-sama membuat wadah, menyalurkan kepedulian kita.
saya sudah temukan bebrapa blogger yang peduli coba lihat dsini lihat disini http://semarangreview.blogspot.com/2009/01/kawan-bantu-kami-menguatkan-sekolah.html
, setiap kita punya cara membantu dan peduli mereka, dan aku tak perlu membeberkannya diblog ini.
Apa yang kubuat dengan tangan kanan, kuharap tangan kiri tak perlu tahu.
karena aku mencintai mereka, bukan kasihan dengan mereka.
Tapi aku akan tetap mengetuk orang-orang supaya bisa berpatisipasi, semampu mereka.
Setelah saya masuk beberapa blog, banyak cara-cara yang telah mereka lakukan untuk peduli sesama.
Wah mbak maaf kepanjangan.
Thanks ya sudah mampir keblogku, thanks buat kepedulianmu…
January 21st, 2009 at 11:46 pm
@Aling,
Pertama-tama, saya ini Mas.
Yang kedua, sangat senang mengenal anda, mari kita berjuang dengan cara masing-masing. Dan kita lakukan dengan rasa cinat dan tanggung jawab.
January 22nd, 2009 at 9:27 am
Setidaknya saya pernah menemukan sosok “Mbah Siyem” dalam dunia sebenarnya di lingkungan tempat tinggal, saat masih di Malang dulu. Tentu untuk memperbaiki, tidak harus bergantung pada generasi yang “memimpin” sekarang. Perlu waktu untuk “mencetak” generasi yang lebih santun dan memahami nilai-nilai sosial yang (di negeri ini) makin lama makin tercerabut dari akarnya. Pastinya dengan sistem (pendidikan) yang terarah dan mengena.
Terima kasih, saya sudah diberi kesempatan untuk membaca sebuah tulisan yang “bernilai” !
January 22nd, 2009 at 12:27 pm
cerita ini udah ngasih aku satu pandangan baru lagi..mungkin kalo para pejabat di indonesia mw kembali menyelami bgaimana negri ini bisa merdeka dan jd sprti skrg, mereka akan brfikir lg untuk tdk merusak apa yg sudah diperjuangkn slm ini dengan kegiatan2 korupsi kolusi dan nepotisme
January 22nd, 2009 at 6:30 pm
Saya datang menyapa dan minta maaf…ngak ada data pemilik blog tertulis
tertera nama Kika saya kira perempuan.
Ya…saling mendoakan dan memberi semangat serta kekuatan, untuk memajukan Indonesia dengan cara kita.
salam hangat persahabatan dariku!
January 23rd, 2009 at 10:11 am
@Aling,
memang kadang jadi cewek nih adminnya, wahahaha…. tapi jantan kok. Makasih yah…
January 23rd, 2009 at 10:50 pm
indonesia..yg miskin tambah miskin, yang kaya tambah kaya..semuanya gara2 akses pendidikan yang ngga fair :(( (mau marah mode on)
January 24th, 2009 at 3:16 pm
semoga Taman Baca ini akan mengurangi kemiskinan intelektual masyakat indonesia…
Keep blogging and spirit yaa…
January 24th, 2009 at 9:31 pm
Terima kasih banyak Jafish.