Hasil Survey Tahap Awal

January 15th, 2009 by Kika

Setelah menunggu beberapa hari, akhirnya Tim Rider yang berangkat untuk mensurvey lokasi buat
Taman
Baca
yang
kedua ini datang berikut laporannya
yang
menumpuk.
Aku
coba untuk menuliskan disini dengan lebih singkat
dan
(semoga) jelas. Sebuah fakta
yang
mampu membuat saya bergetaran membacanya. Mungkin bagi kita
yang
sudah terbiasa hingar bingar
di
kota
dan
mempunyai apapun dari waktu, kesempatan, tempat
dan
lokasi untuk belajar hal seperti ini tidak
akan
terpikirkan, karena kita tidak mengalaminya.

Lokasi
Taman
Baca ini ada
di
desa Kebon Peuteuy Kecamatan Gekbrong perbatasan Kabupaten Cianjur-Sukabumi (bukan Sukabumi seperti
yang
tertulis
di
posting kemarin),
di
sebelah selatan kaki Gunung Gede. Mengutip tulisan -G-, kalau mereka tidak bisa mendatangi buku maka layaklah kita bawa buku menuju mereka. Kondisi sosial
yang
dibawah rata-rata seharusnya sebuah desa, membawa mereka kesulitan untuk bisa mendapatkan apa
yang
layak sebagai rakyat Indonesia. Dimana rasanya percuma juga bagi kita untuk mengangkatnya ke depan pemerintahan, penggede partai
dan
orang-orang gede. Seperti
yang
teman saya pernah bilang, mereka ini suka mendompleng ide saja,
dan
itupun mereka menunggu hingga benar-benar berhasil agar setelahnya para penguasa ini bisa tebar pesonanya kesana kemari sembari bilang bahwa ini adalah ide mereka cring cring (sembari mulut membuka lebar).

Mari kita kembali ke fokus awal. Ade mengatakan bahwa
di
desa Gekbrong ini, terdapat banyak sekali anak-anak putus sekolah, berikut data
yang
berhasil dikumpulkan oleh ade
dan
tedy (
yang
merupakan anggota dari
Program
Keluarga Harapan punyanya DEPSOS - tapi
program

Taman
Baca ga ada hubungannya sama Depsos). berikut data-datanya :

Desa Kebon Peuteuy terdiri dari 4 kampung, yaitu;

Kampong Baruapu
181 kk total warga 482 jiwa
Tani, perbulan rata2 250rb
Pemuda pengangguran 50%
70% hanya SD
3% hanya SMP
0% SMA

Kampong Cilaku
156 kk 850 jiwa
Dagang, tani
dan
buruh
Penghasilan 300/bln
70% hanya SD
3% hanya SMP
0% SMA
Penghasilan 300/bulan

Kampong Cicantu
Dagang
dan
tani
Penghasilan 350/bulan
SD 85%
SMP 1%
SMA 1%

Kampong Cicantu Babakan
Buruh tani
penghasilan 300/bln
SD 80%
SMP 0%
SMA 0%

Membaca laporan survey diatas, sungguh menakjubkan bukan bagi kita untuk mengetahuinya?? Sungguh sebuah pertanyaan tiada terjawab dengan akal bila dibandingkan dengan bantuan luar negeri
yang
masuk
dan
juga pengeluaran bantuan dalam negeri
yang
mencapai milyaran rupiah ke negara lain? Peran media sebagai perantara utuh untuk membangun juga banyak mengandung bias informasi. Kemudian cara pandang masyarakat kita sendiri
yang
masih berbau kolonial juga sangat menentukan dalam pembentukan kemiskinan intelektual
yang
terjadi
di
bumi pertiwi.

Desa Kebon Peuteuy ini
di
kalangan kepolisian sudah sangat terkenal karena kasus-kasus kriminalnya. Banyak sekali dedengkot (meminjam istilah pak polisi) kriminal berasal
dan
bermukim disana, tidak ketinggalan juga pelaku susila
yang
oleh banyak masyarakat dianggap sampah yaitu WTS. Kenapa semua ini bisa menimpa desa ini? Jawabannya sangat mudah ditemukan, karena bagi kita
yang
sering menganggap diri intelektual pasti tahu. Yaitu : Pendidikan!. Karena pendidikan tidak menyentuh dengan pasti desa ini. Mari kita ingat lagi, Negara ini sudah merdeka selama 64 tahun. tapi kenapa masih ada
yang
belum merdeka??.

Sedikit mengulas tentang sifat kolonial diri kita sendiri, kalau mau jujur
dan
mengakuinya, dalam diri kita sendiri
yang
rata-rata sudah berpendidikan masih sering terjadi pembedaan (bukan perbedaan) dalam bergaul atau pendekatan terhadap sesuatu. Sebagai contoh, orang
yang
mempunyai mobil dengan dandanan parlente pasti mudah untuk mendapatkan teman. Sedangkan orang
yang
berbaju sedikit robek, belum menyapa saja orang sudah lari menjauh atau bahkan membentak. Nah pandangan seperti inilah
yang
mempengaruhi juga
mental
pejabat di negeri entah berantah (Indonesia) ini. Padahal kalau kita mau jujur juga, kenapa orang itu berbaju sobek? Karena kita sebagai sesamanya tidak mau menengok
dan
memberinya baju.

Kembali ke masalah Desa Kebon Peuteuy ini, memang harus diakui
aku
sempat miris mengetahui bahwa desa ini adalah sarangnya perampok, pencuri
dan
pembunuh.
Dan
lokasi terberatnya adadlah kampung Bangkuwong
yang
kebetulan ada
di
tengah-tengahnya
dan
teman-temanku ini belum bisa mendapatkan data-datanya. Tapi saya yakin, keadaan kampung ini juga tidak jauh beda dengan kampung-kampung
yang
lain
di
desa ini, karena kenyataannya mereka masih melakukan tindakan kriminal. Perlu sekali bagi diri kita sendiri untuk menyimak apa
yang
sudah kita lakukan pada mereka? (Ingat, jangan nanya negara, karena negara pasti
akan
balik bertanya, apa
yang
sudah mereka lakukan untuk negara). Kelangkaan kesempatan
yang
didapat mereka dari berbagai aspek sangat mendukung gerakan-gerakan kriminal
yang
orang-orang ini lakukan. Seharusnya mereka juga bisa bersekolah dengan baik, seharusnya mereka juga mendapatkan kesempatan pendidikan
yang
lebih baik. Sampai sekarang aku masih menyesal, kenapa dulu
aku
menerima beasiswa dari negara ini padahal boleh dibilang orang tua
dan
keluargaku masih bisa membiayaiku. Seharusnya biayaku dulu bisa dialihkan pada mereka
yang
akhirnya sekarang jadi perampok, pembunuh
dan
perempuan tuna susila.
Dan
sekaranglah waktunya bagi kita untuk berbondong-bondong menganulir semua kesalahan
yang
sudah terjadi.

Perempuan disana dengan usia baru 13-20 tahun sudah jadi ibu rumah tangga,
dan
banyak juga
yang
menjadi pemuas lelaki bangsat.
Dan
semua
akan
kembali bermuara pada satu kata : Pendidikan. Rasanya tidak
akan
habis mengulasnya, padahal intinya kita sudah tahu sendiri jawabannya, namun sering melupakannya. Mari kita hentikan kekerasan dalam pembentukan intelektual ini. Kejahatan korporasi
yang
terjadi
di
dunia pendidikan jangan menjadikan kita malah ikut lebih memperparah ke dalamnya,
dan
akhirnya berpangku tangan. Sampai detik ini,
aku
masih dalam asumsi bahwa “Masyarakat Indonesia sengaja dibikin bodoh agar tidak merongrong kekuasaan Penguasa”
yang
notabene adalah keluarga. Dalam artian, negara ini adalah perusahaan keluarga
yang
terstruktur
dan
dinamis bagi keluarga penguasanya.

Note :

foto-foto bisa dilihat di Gallery.

5 Responses to “Hasil Survey Tahap Awal”

  1. Baka Kelana Says:

    Sebuah sumbangan profesi dan dedikasi yangg luhur

    wujudkan mimpimu sobat

    semua pasti kalau kita mau berusaha

  2. admin Says:

    Terima kasih dukungannya mas, saya tidak bisa apa-apa tanpa anda semua.

    Salam.

  3. harry uncommon Says:

    Terus berjuang demi keindahan dan kebaikan negeri kita,
    dari hal KECIL yang bisa kita lakukan bersama-sama, gotong royong.
    Tidak perlu lagi kita mengutuk kegelapan, lebih baik menyalakan lilin meski kecil, biar negeri, kampoeng kebon peuteuy, yang banyak petainya (selain kebodohan & kemiskinan),may be, bisa bersinar terang benderang. Amin. GBU.

  4. Kika Says:

    Iya pak harry, saya merasa tidak ada bedanya saat mengatakan kejelekan mereka semua.
    Terima kasih banyak. Sukses pak.

  5. Penjala Kalbu Says:

    Semua ini adalah awal dari sumbangsih yang sangat berarti bagi generasi putra dan putri penerus negeri ini. Saya mendoakan selalu akan kelangsungan kegiatan ini, dan juga mengharapakan munculnya kelompok-kelompok yang lain yang bisa berbuat maupun berkarya semampunya yang bisa bermanfaat bagi sesama juga bagi negeri ini.

    salamku,

Leave a Reply

RSS Feed