Mengikis Kemiskinan Intelektual Thu, 12 Feb 2009 13:15:54 +0000 http://wordpress.org/?v=2.7 en hourly 1 Laporan Donasi /2009/02/12/laporan-donasi/ /2009/02/12/laporan-donasi/#comments Thu, 12 Feb 2009 13:15:54 +0000 Kika /?p=187 Donasi Uang pada bulan 1 Januari sampai dengan 12 Februari.
1. Anonymous Rp. 1.000.000,-
2. Novie (USA) Rp. 500.000,-

Donasi Buku :
1. Anonymous 40 buku cerpen

Pengeluaran :
1. Pembelian domain tamanbaca.org dan hosting tamanbaca.org selama 1 tahun, domain Rp. 114400,- Hosting Rp. 47.500 x 12 = Rp. 570.000,-
2. Pembelian buku Anak SD sebanyak 50 buku, @Rp. 18.500,- = Rp. 925.000,-

Sisa saldo : Rp. 5000,-

Dengan sisa kas tetap dari Admin Rp. 500.000,-.

Demikian laporan sederhana yang bisa saya buat, karena kondisi waktu. Semoga bisa membantu.
Terima kasih.

Salam.

Admin.

]]>
/2009/02/12/laporan-donasi/feed/
Sekilas Taman baca /2009/01/30/sekilas-taman-baca/ /2009/01/30/sekilas-taman-baca/#comments Fri, 30 Jan 2009 07:55:59 +0000 Kika /?p=177 Lembayung

“Membaca adalah perlintasan langkah yang menentukan sebuah kebesaran manusia”.

Tulisan diatas adalah karangan sendiri dari admin Taman Baca, dan semua terinspirasi akan dahsyatnya kekuatan membaca. Dibelahan dunia manapun, keberhasilan “membaca” yang mampu mendorong keberhasilan dunia mereka menjadi maju.

Dalam lingkup filsuf, membaca adalah satu hal dan satu hak yang dipunyai setiap orang. Tidaklah membaca hanya diartikan dengan membuka buku, dan mengurutkan bagian huruf-huruf yang tersusun rapi di atas kertas. Kejadian-kejadian yang mengenali diri kita, juga kejadian-kejadian yang terjadi di sekitar kita, akan selalu melahirkan sebuah “bacaan”.

Sedikit berbicara masalah keadaan Jakarta yang penuh sesak, penuh debu, asap hitam kendaraan dan tentunya macet. Itu semua melahirkan sebuah “taman baca” buat setiap pribadi dengan menanyakan “kenapa bisa terjadi?”. Jakarta macet, karena semakin banyaknya urban datang (termasuk kami) mencari dan mencumbu keseksian indahnya Jakarta. Semua terjadi dimana kesempatan mendapatkan kerja yang baik dan bagus sangatlah minim tersedia. Belum lagi pendatang asal “nekad” yang menceburkan diri dengan kepahitan Jakarta.

Kenapa? Semua terjadi karena kesempatan “membaca” yang sangat terbatasi. Kecepatan dan transformasi informasi yang lebih bagus, juga membawa para sarjana mengadu kertas-kertas perjangan mereka selama 5 tahun. Disinilah letak disiplin “membaca” yang sangat terlupakan. Bila seseorang bisa membaca dengan baik, menelaahnya dan kemudian mengejawantahkannya dalam kehidupan sebenarnya, maka tidak akan banyak pengangguran. Sifat ketergantungan setiap pribadi dengan menggantungkan diri pada kata “kerja”, juga terjadi karena kesalahan “membaca”. Kerja adalah berangkat pagi pulang sore dan ada yang menggaji. Sebuah kekeliruan yang nyaman dan terus menerus diterapkan dalam banyak pribadi di Indonesia ini. Dan kembali lagi itu terjadi karena kurang mampunya para pendahulu memberikan “bacaan” kepada keturunannya. Taman Baca yang semestinya bisa dihidupkan dalam setiap pribadi dengan baik menjadi berkurang rasa manisnya karena terlalu banyak penekanan untuk menunggu.

Macetnya Jakarta, terjadi karena banyak sekali kesalahan menyenangkan yang tidak perlu dilakukan. Dimana para pengendara mendapatkan ijin mengendara terlebih dulu dengan tidak “membaca” tulisan hindari calo. Dan para calo lebih banyak karena mereka adalah rekan bahkan mungkin petugasnya sendiri, kembali lagi terjadi karena mereka “tidak membaca” tulisan yang mereka tulis sendiri. Belum lagi ditambah para pengelola yang masih belum juga mau membaca keadaan. Dan masih banyak lagi contoh-contoh terjadi karena kurangnya membaca.

Membaca adalah bagian dari pendapatan Ilmu, dan ilmu hanya bisa didapat dengan pendidikan baik formal maupun informal. Dan selayaknya pendidikanpun menjadi hak bagi mereka yang putus sekolah. Bila para sarjana di Indonesia ini banyak menganggur, bagaimana dengan mereka yang tidak sempat merasakan sekolah?

Bila pendidikan di negeri ini bagus, maka pejabat kita pun akan jadi bagus, dan bila pejabat kita bagus, maka mbah tiyem tidak akan lagi kesulitan mendapatkan penghormatan akan pengorbanan yang sudah dilakukannya di masa perang kemerdekaan, dan beliau bisa makan dengan tenang tanpa harus pergi ke Jakarta untuk mendapatkan sedikit komisi agar bisa menyambung hidup.

Diatas adalah sekelumit ide dasar dari pendirian Taman Baca, semua aspek di kehidupan ini sangat ditentukan dengan pendidikan, dan Taman Baca adalah usaha untuk meratakan pendidikan, agar minimal diri pribadi masing-masing bisa jadi maju. Amin.

]]>
/2009/01/30/sekilas-taman-baca/feed/
Program Taman Baca /2009/01/26/program-taman-baca/ /2009/01/26/program-taman-baca/#comments Mon, 26 Jan 2009 02:49:41 +0000 Kika /?p=162 Pendirian Taman Baca;
Lokasi Desa Kebon Peuteuy Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur berbatasan dengan Sukabumi.

Program Pembelajaran;
1. Kelas menulis dan membaca
2. Kelas ekspresi dan pengembangan bakat
3. Kelas pembentukan mental
4. Kelas luar ruang (outbound)
5. Kelas teknologi

Program kelas ini akan dilangsungkan setiap sebulan sekali dengan jadwal masih dalam pembahasan lebih lanjut, dikarenakan keterbatasan sukarelawan dalam Pendirian Taman Baca ini.

Secara reguler dan perlahan, Tim Taman Baca akan mengeksplor lebih jauh lokasi-lokasi lain untuk pendirian selanjutnya.

Doa restu dan dukungan teman-teman, sangat dinantikan. Terima kasih banyak.

Admin.
Depok, 2009

]]>
/2009/01/26/program-taman-baca/feed/
Banci mabuk /2009/01/24/banci-mabuk/ /2009/01/24/banci-mabuk/#comments Sat, 24 Jan 2009 13:45:30 +0000 Kika /?p=158 Pagi jam 06.30, aku dan fitra sudah berburu sarapan karena hari ini, aku ada janji sama teman-teman sesam penulis di Bogor dalam rangka membicarakan mimpi masa depan sekalian juga memperkenalkan program Taman Baca kepada teman-teman. Tentunya bermaksud biar dapat dukungan (minimal sih…) juga sedikit bantuan buat meminta teman-teman meluangkan waktunya untuk itu.

Perjalanan 1.5 jam dari Depok-Bogor aku tempuh dengan ditemani buku Post-Structuralism and Postmodernism “sebuah pengantar kritis” dari Madan Sarup. Tanpa terasa dengan sedikit menahan panas suhu udara yang sepertinya sedang mencari perhatian manusia, aku sampai juga di lokasi pertemuan di SMA 7 Bogor dalam acara “Monolog dan Puisi” yang diselenggarakan oleh Jurnal Bogor.

Di kantin sekolah sembari ngobrol sana-sini, aku, fahmi dan boole berbincang menyoroti fenomena alam manusia (bukan alam dunia) terutama Indonesia yang sepertinya terlalu jauh memandang. Dari kejadian Palestina akibat komentar Obama yang mengecam hamas dan memihak Israel, “Obama harusnya belajar sejarah dulu sebelum ngomong gitu..” kataku. Sampai dengan pembicaraan cara hyperactive nan sensual yang dipertunjukkan Pemerintah, MPR, Partai-partai peserta pemilu yang seakan sedang berlomba memacu kuda kampanye mereka dalam mengirimkan bantuan sosial untuk Palestina. Hingga terlupa dengan kejadian gempa Sorong.

Akhirnya sampailah pada topik Taman Baca, fahmi dan Boole alias wahyu berkeinginan bisa membantu pendirian Taman Baca ini dengan menyesuaikan kebutuhan dan bidang mereka yang calon tenaga pengajar alias guru bin teacher. Wuihhh senang sekali karena dapat lagi tenaga untuk sukarelawan nantinya. Sempat terjadi diskusi menarik antara kami bertiga. Kenapa Taman Baca, begitu kalau boleh aku terjemahkan pertanyaannya. Akhirnya aku jawab dengan pengandaian dan sedikit mencari kata-kata yang tepat.
“Apa sebenarnya inti dari membaca?” begitu kataku sedikit berenigma. “Belajar mas” jawab mereka berdua.
“Belajar dalam bahasa inggrisnya apaan?” tanyaku lagi.
“Learning mas” jawab boole.
“Terus learning bagian dalam bahasa mayor atau global apa?” tanyaku lagi.
“Education mas” jawab mereka.
“Nah itu sudah tahu” sergahku.

Sekelumit pembicaraan ini sungguh mengasyikkan dan memberi angin segar dikarenakan panasnya cuaca Bogor hari ini. Benar, inti dari kegiatan untuk mendirikan Taman Baca ini adalah untuk memeratakan pendidikan meski tidak dalam bentuk formal. Ketimpangan pendidikan dan juga arah bentuk program pendidikan yang sangat banyak implikasinya menjadi alasan untuk mendirikan Taman Baca ini. Dari beratnya biaya sekolah, hingga penerimaan sekolah-sekolah yang masih menomersatukan anak orang mampu, hingga dengan banyaknya anak multi talent yang tercipta di Indonesia dikarenakan konsumsi pelajaran mereka yang sesuai jargon “Pelangi pelangi alangkah indahmu” dan membuat betapa sedikitnya bakat anak Indonesia yang benar-benar bisa menonjol. Tidak ada fokus tertentu dalam pembangunan pendidikan dan Masih lebih banyak membangun sarana dan prasarana dari pada membahas infrastruktur otak para anak didik, meskipun semuanya penting. Yang akhirnya muncul pertanyaan banyak orang yang menjurus asumsi bahwa pendidikan di Indonesia memang dibikin kacau agar Para Politisi atau keluarga Politisi bisa tetap menguasai Indonesia ini tanpa diganggu pemikiran pemikiran yang kritis.

Pembicaraan akhirnya terhenti karena hari ini juga aku harus meluangkan waktuku kepada anak tercintaku. Karena aku takut bila hari ini aku tidak mau meluangkan waktuku, suatu hari nanti di saat aku tua dia nggak mau juga meluangkan waktunya kepadaku. Dan akupun menuju stasiun Bogor dengan diantar oleh fahmi. Di dalam kereta ekonomi Bogor-Jakarta, aku mereview pembicaraan kami bertiga. Memang, saat ini pendidikan di Indonesia terlalu kebanyakan warna dan bahkan menjurus menjadi warna yang abu-abu hingga akhirnya mirip dengan “Banci Mabuk”. Banci, dimana mereka adalah korban alam yang akhirnya berada ditengah-tengah perang perasaan dan keadaan. Mabuk, karena sepertinya enak terbuai dengan segala kemewahan yang nampak tanpa melihat sisi kanan, kiri, depan, belakang, dimana masih banyak yang tidak bisa, atau bahkan tidak mampu mengenyam pendidikan dengan Baik.
Wallahu alam.
Salam.

]]>
/2009/01/24/banci-mabuk/feed/
A new progress /2009/01/22/sexy-girls/ /2009/01/22/sexy-girls/#comments Wed, 21 Jan 2009 18:44:19 +0000 Kika /?p=151 Kemarin sore admin taman baca mendapatkan email dari seseorang yang ingin sekali bisa ikut berpartisipasi dalam pendirian Taman Baca ini. Wiuhhhh..indah sekali rasanya, karena bertambah lagi satu orang yang mempunyai kepedulian untuk mengikis kemiskinan intelektual di negeri ini. Dia mengatakan kesediaannya untuk jadi relawan alias volunteer alias sukarelawan…

Wayooo wayooo… Taman Baca membutuhkan banyak lagi nih buat volunteer. Jangan ragu dan jangan malu, nanti pasti dibelikan balon kalau bergabung hehehe… Dan saya juga menerima kabar kalau sudah ada beberapa buku yang terkumpul di posko selain Depok. Yuhuuuuuu… meski masih jauh dari banyak tapi serasa dapat anugerah. Bila makin banyak tenaga, maka kami yakin makin memudahkan untuk bisa menumbuhkan Taman Baca selanjutnya dan selanjutnya (yah mimpi deh..)

Hari ini tadi juga admin sempat chat dengan salah satu calon anggota dewan, dan mengatakan bersedia ikut membantu bahkan ikut terlibat. Admin percaya bahwa tidak semua politikus hanya memanfaatkan situasi. Apalagi tahunnya kan 2009, tahunnya kampanye. Tapi aku yakin tidak. Karena beliau sudah aktif dengan lingkungan sebelum kenal denganku. Meskipun aku tidak berharap banyak, tapi aku optimis, karena dasarnya sih siapapun boleh ikut andil. Terserah mau memanfaatkan “situasi” atau pun memanfaatkan “siniasi”.

Yang terpenting bagiku agar Taman Baca ini bisa berdiri, dan anak-anak kampung peuteuy bisa menikmati keindahan membaca. Jadi mereka bisa belajar tanpa harus mengorbankan biaya banyak dan juga bisa belajar tanpa meninggalkan kewajiban mereka untuk membantu orang tua mereka di pasar.

Tapi sayang sekali, sepertinya sabtu ini gagal untuk ke lokasi Taman Baca, karena aku menerima tiga undangan di hari dan tanggal yang sama, tanggal 24 sabtu ini. Hiks hiks… Itupun aku harus bisa memilih, pertama ke Bali memenuhi undangan teman dari UNDP, kedua undangan para penulis di Bogor, dan ketiga undangan kawinan tetangga. Wehehe… sepertinya yang pertama akan jadi korban nih, karena biayanya mending dialihkan ke Taman Baca. Maka dengan berat hati aku kirim sms “My Friends, I’m sorry. There’s so many work I have to do, can we meet here at Jakarta, after your meeting in Bali and maybe after you get back from Congo? Hope you have a great day at there.”
dan satunya lagi “Because this year I can’t join with others to the Journey”. What a sad sms kata temanku. Tapi ya mau diapakan lagi. Sorry.

Namun mereka menjanjikan untuk bisa datang ke Jakarta, jadi aku masih bisa ketemu teman-temanku dalam waktu dekat. Dan setelah mencek ulang program-program Taman Baca, aku tutup komputer dan say hello pada impian-impianku sebagai partikel dari dunia ini.

]]>
/2009/01/22/sexy-girls/feed/
Setengah bugil /2009/01/21/setengah-bugil/ /2009/01/21/setengah-bugil/#comments Wed, 21 Jan 2009 05:17:14 +0000 Kika /?p=146 Pfuihh….aku ambil gitar dan mulai melantunkan… itu sebenarnya yang sering aku lakukan setiap bangun pagi sembari menikmati minuman hangat pagi hari. Tapi hari ini lagunya berganti syair, ..aku ambil gergaji dan mulai memotong… begitulah hari ini aku mulai tadi. Aku coba memotong papan-papan kayu yang akan aku bikin untuk dijadikan contoh rak buat Taman Baca ini.

Sembari dengerin musik, sesekali aku ketok-ketokkan palu dengan keras agar semua penghuni disekitar sini bangun (walah cari perhatian..) dan biar mereka nanya “eh papa alia lagi ngapain…?” dari situ boleh jadi akan muncul percakapan. Nah dari percakapan itulah akan aku giring tetangga agar tahu program yang sedang aku bikin ini. Dan sembari cas cis cus sekalian tetap menggergaji dan memaku papan. Tapi harapan tidak terkabul ya sudah… biarin saja deh. Aku ukur ukuran papan kayu yang akan di potong dan mencoba menganalisanya sendiri. Tenyata berat juga jadi tukang kayu. Sudah lupa bagaimana cara memotong kayu dengan benar. Jadi ya beginilah, yang penting rapi.

Iseng-iseng saya beli 2 bungkus kacang dua kelinci di warung sebelah. Sembari sesekali mengkriukin kacang satu demi satu, aku tetap konsen ngukur papan kayu. Dan menuju ke sekian kacang, kacangnya susah di kletak (bahasa indonesianya apa yah?) usut punya usut ternyata kacangnya di bungkus sama selotip, pantesan rasa plastik juga. Aku penasaran, jangan jangan ada hadiah uangnya nih. Aku ambil gunting dan benar…taraaaaaaaaaa…..emang benar ada uangnya, dan alhamdulillah dapat uang seribu rupiah. Benar-benar rejeki. tidak jalan kemana-mana dapat rejeki, jadi bisa beli kacang lagi dua bungkus…sembari berharap kejadian yang sama terulang…..wahahaha ngacau deh ah..

Semakin semangat saja rasanya nih mengerjakan contoh rak buat dibikin di Taman Baca, sepertinya rejeki akan terus memayungi langkah Taman Baca. Amin..amin. Sembari aku panjatkan doa dengan harapan besar agar pendirian Taman Baca ini bisa berjalan dengan lancar dan tidak ada halangan yang berarti. Dan akhirnya jadi juga raknya, sayang kamera sedang dibawa fitra, kalau nggak aku potret deh hasil karyaku itu.

Lah kenapa judulnya postingnya setengah bugil?? Karena tadi bikin raknya sembari buka kaos, biar semilir silir silir… hehehe….

]]>
/2009/01/21/setengah-bugil/feed/
Doain ya… /2009/01/20/doain-ya/ /2009/01/20/doain-ya/#comments Tue, 20 Jan 2009 05:07:09 +0000 Kika /?p=136 Hari ini, salah satu anggota tim Taman Baca akan melakukan presentasi pembuatan website di Jakarta International School. Dan mohon doa dari teman-teman semua agar berhasil dan sukses sampai terjadinya kontrak pembuatan. Karena memang taman baca sedang membutuhkan banyak tambahan biaya.
Salam.

]]>
/2009/01/20/doain-ya/feed/
A little Progress /2009/01/19/a-little-progress/ /2009/01/19/a-little-progress/#comments Mon, 19 Jan 2009 16:10:22 +0000 Kika /?p=117 Mungkin belum banyak kemajuan yang bisa di dapat dalam langkah pendirian Taman Baca ini. Dari beberapa teman yang didatangi dan diketuk pintunya untuk memberikan support yang terutama berupa buku-buku anak usia SD-SMA masih belum juga terlihat janjinya. Tapi biarkanlah itu menjadi sedikit hiburan buatku mencobanya. Paling tidak sudah mencoba. Lagi pula pendirian Taman Baca ini boleh dibilang masih baru, meskipun kalau bicara skala pribadi, ini merupakan sudah kesekian kalinya.

Hari ini aku mencoba sedikit mendesain Rak buku yang akan dibikin di Taman Baca. Meskipun aku desainer tapi karena insting desain sedang jalan-jalan dan terutama bukan desainer Interior jadi ya beginilah nasibnya… Lumayan kata fitra, paling tidak ada gambaran. Ntar kalau bagus banget minta bayaran lagi hehehehe…

Rak Buku

Rak Buku

Akhirnya jadilah seperti itu, dan aku juga mengamininya…lumayan… Karena dengan gambar seperti ini, akhirnya tersadar bahwa kebutuhannya bertambah. Karena rak buku nantinya akan dibikin sebanyak 4 buah (minimal) dengan ukuran lebar 40 x panjang 200 cm x tinggi 160 cm. Dan mulai besok sudah akan dipersiapkan untuk mengakomodir kebutuhan papan kayu, paku dan cat kepada rekan-rekan yang di Sukabumi. Ya tentunya mengirimkan kebutuhan untuk membelinya. Wah harus kejar order lagi nih….

Dan hari minggu kemarin seorang teman notaris, sudah mengirimkan buku-buku cerita untuk dibawa ke lokasi Taman Baca dan sekaligus mengirimkan bantuan dana darinya. Agar pendirian ini bisa semakin cepat, dan tepat sesuai jadwal. Karena akhir februari (terkait dengan aktifitasku menulis puisi) dihadapkan jadwal untuk launching Buku Puisi. Dan di akhir Maret, giliran novelku sebisa mungkin untuk menyusul di launching. Belum lagi aktifitas lain di tempat lain. Jadi Taman Baca ini mungkin tidak mungkin, harus dikejar pendiriannya. Semangaaaaaaaaaattttt!.

Buku yang terkumpul semuanya masih berbentuk buku cerita dan belum menyentuh buku pelajaran. Aku menunggu rekan-rekan yang berminat menyumbangkan buku-buku untuk pendirian Taman Baca ini.

Salam.

]]>
/2009/01/19/a-little-progress/feed/
Sedikit berbagi /2009/01/18/sedikit-berbagi/ /2009/01/18/sedikit-berbagi/#comments Sun, 18 Jan 2009 02:38:22 +0000 Kika /?p=87 Dalam sebuah perjumpaanku dengan Mbok Tiyem, di daerah Indramayu, sempat terjadi percakapan yang menggugah setiap detik langkah yang ingin aku lakukan.
“Mau kemana nak??” sapa Mbok Tiyem,
“Mau ke Depok mbah…” sahutku.
“Ohh… Jaman dulu simbah kalau perang sampai daerah sana” sambungnya.
“Wah… tahun berapa itu mbah?” aku tertarik.
“Iya, dulu aku jalan kaki dari Jogjakarta menuju Jakarta bareng rombongan Pak Dirman (Jendral Sudirman maksudnya) sekitar tahun 1948 (ini kalau saya nggak salah dengar yah, soalnya rame dipinggir jalan raya)”.

Sembari terlihat matanya menerawang seakan kembali ke masa lalunya. Gurat wajahnya yang masih terlihat kokoh, menandakan begitu banyaknya pengalaman yang sudah dilaluinya. Langsung keinginanku untuk secepatnya pulang mereda. Penasaran membawaku berusaha ngobrol lebih banyak.
“Emang sekarang simbah mau kemana?” tanyaku.
“Mbah mau ke Jakarta nak, mau ngurus Truk - truk yang kena masalah di Mabes Polri di daerah komdak”. sahutnya.
“Busyet” batinku.
Nenek-nenek ngurusin masalah truk di kepolisian???
“Simbah nggak dapat pensiun nak, apa yang sudah pernah diperbuat tidak bisa meninggalkan bekas penghormatan yang layak”, begitu menurutnya.
“Simbah cuma dapat kenalan, dan koneksi dari para anak sejawat simbah yang sekarang banyak jadi pejabat di kepolisan”.
benakku menerawang jauh, mencoba menggali dan menjadi simbah Tiyem di masa lalu. Berjuang meneteskan darah, keringat dan nyawa, namun saat sudah merdeka, justru merekalah yang dijajah oleh para penerusnya (mungkin termasuk aku ikut andil). Bila mereka mampu dekat dengan penguasa maka jalan terbuka lebar.

Sekelumit cerita pertemuanku dengan Mbah Tiyem ini sungguh menginspirasi. Kenapa sejarah menjadi kacau balau, belum lagi sifat para penggede yang masih seperti ini? Apa sebab mereka hanya memikirkan diri sendiri dan kenapa?

Selang 5 bulan setelahnya, aku kembali teringat percakapan itu. Aku coba pecahkan inti masalah ala “aku”. Ketika orang membutuhkan makan, maka akan berusaha sebisa mungkin untuk mencari alat untuk makan dengan bekerja. Ketika orang butuh bekerja dengan layak, maka dia akan dihadapkan dengan situasi akan tingkat pengetahuan dan ilmunya. Dan setelah dihadapkan dengan tingkat pengetahuan dan ilmu seperti itu, maka kita akan berujung dengan satu kata “Pendidikan”.
Dan inilah inspirasi yang mendorongku mendirikan Taman Baca.

Bila pendidikan di negeri ini bagus, maka pejabat kita pun akan jadi bagus, dan bila pejabat kita bagus, maka mbah tiyem tidak akan lagi kesulitan mendapatkan penghormatan akan pengorbanan yang sudah dilakukannya di masa perang kemerdekaan, dan beliau bisa makan dengan tenang tanpa harus pergi ke Jakarta untuk mendapatkan sedikit komisi agar bisa menyambung hidup.
Salam.

]]>
/2009/01/18/sedikit-berbagi/feed/
Program jangka pendek Taman Baca /2009/01/18/program-jangka-pendek-taman-baca/ /2009/01/18/program-jangka-pendek-taman-baca/#comments Sat, 17 Jan 2009 23:20:31 +0000 Kika /?p=71 Sekembalinya dari lokasi pendirian Taman Baca, aku malah tidak bersemangat untuk tidur. Karena ingin secepatnya bisa menyusun perencanaan buat berdirinya Taman Baca, dengan menitiberatkan program jangka pendek. Karena kalu pendek saja nggak bisa, bagaimana yang panjang.


Dengan melihat kondisi tempat yang akan dijadikan Taman Baca seperti gambar dibawah ini;

Kondisi dinding

Kondisi dinding

Hemmm

Hemmm

Gambar lain bisa dilihat di Gallery.

Aku harus memikirkan bagaimana dan apa yang harus dilakukan untuk menambah kantong demi sedikit membenahi kondisi tampatnya. Pastinya “menjual diri” pun akan aku lakukan. Sepertinya ironis bila menyaksikan para calon wakil rakyat berlomba menampilkan kehebatannya beriklan, yang seakan mudah sekali untuk mengeluarkan uang berjuta-juta agar bisa mendapatkan kedudukan. Dan aku disini harus mengernyitkan dahi agar pembenahan tempat Taman Baca bisa terlaksana dalam waktu seminggu. Meski sebenarnya tidak sampai puluhan juta, tapi tetap saja terasa besar buat seorang diriku.

Sedikit berbagi dengan teman-teman, disini saya tuliskan beberapa hal yang akan dibenahi dan kebutuhan untuk membenahi.
1. Langit - langit (memasang penutup langit-langit yang bolong).
2. Tiang penyangga atap (yang sudah sangat usang).
3. Cat Tembok (mengecat kembali tembok yang warna-warni).
4. Rak buku (membutuhkan 4 Rak buku panjang).
Hampir sama dengan posting saya sebelumnya, namun total yang mencapai sekian juta untuk mengadakan perlengkapan pembenahan sepertinya membutuhkan lebih banyak lagi geliat tubuh untuk mendapatkan semua biaya itu, meskipun pelan-pelan. Dan aku juga sedang minta tolong sama tetangga sebelah yang pekerjaannya tukang betul rumah untuk menghitungnya pagi ini. Agar aku bisa merencanakan dengan matang. Dan semoga ada teman-teman yang tertarik untuk ikut andil. Jadi program jangka pendeknya adalah seperti dia atas.

Salam.

]]>
/2009/01/18/program-jangka-pendek-taman-baca/feed/