After a long term of journey

Tak terasa lama sudah blog Taman Baca ini tidak terisi dengan baik news dan kegiatannya. Maaf beribu maaf, kemarin-kemarin hari begitu banyak tersita waktu untuk mengadakan kegiatan Trauma Healing di Cianjur dan Padang, terkait dengan terjadinya beberapa musibah di dua tempat tersebut. Hingga sampai detik ini, update berita untuk kegiatan taman baca sendiri rasanya sangat tertinggal. Maklum, kegiatan-kegiatanku banyak didukung teman-teman namun khusus untuk menuliskan berita mereka selalu menjawab “wah kalau urusan menulis ga sanggup deh”, jadi ya terpaksa seringkali kosong.

Sejak pertengahan bulan Ramadhan kemarin, aku dan beberapa teman dari Tim Taman Baca terpaksa sedikit meninggalkan pos untuk berbagi keceriaan di Cikangkareng Cianjur dengan program Trauma Healing. Tentu berbekal ilmu yang terbatas dan keinginan yang menggelora. Kami ber-enam waktu itu menyisir beberapa selisir daerah Cianjur yang berantakan karena gempa untuk memastikan tempat mana yang belum banyak terjamah bantuan dan relawan. Akhirnya tibalah kami di Cikangkareng tersebut. Selama sehari penuh, kami bermain gembira dengan anak-anak pengungsian korban gempa dengan semboyan “Kita Semuaaa… Bergembira”, sungguh sebuah mimpi yang menjadi nyata melihat anak-anak yang sedang dalam keadaan terganggu psikologisnya menjadi tertawa ramai-ramai. Trauma healing yang kami lakukan adalah dengan melakukan beberapa permainan kecil yang intinya untuk membiasakan dan bahkan untuk melupakan kejadian gempa tersebut. Alhamdulillah sukses untuk hari itu.

Tak berapa lama, saat aku sedang mengumpulkan anggaran untuk membuat program periksa gigi gratis bagi anak-anak Taman Baca di Cianjur juga, tiba-tiba terdengar musibah gempa yang lebih dahsyat di Padang. Dengan berat hati akhirnya aku harus membagi tenaga, pikiran dan tentu anggaran untuk dua tempat. Sebagian teman tetap berangkat ke lokasi Taman Baca untuk melakukan program periksa gigi gratis dan aku serta beberapa teman berangkat ke Sumatera Barat tepatnya Padang.

Selama 8 hari efektif disana, aku mengelilingi dataran Bumi Padang-Pariaman, Padang, Bukittinggi, Lubuk Basung dan daerah Agam yang sebagian besar sangat susah untuk dilewati kendaraan roda empat. Bukan sebuah perjalanan biasa aku rasakan selama disana. Menjadi terbuka mataku menyaksikan keindahan bumi Padang yang sebenarnya, begitu indah dan menakjubkan. Kontur tanah yang menjadikan begitu banyaknya pesona alam tercipta secara alami.

Sayang sungguh sayang, sebagian besar hancur diterjang longsor karena Gempa. Terutama di selisir Danau Maninjau yang begitu indah, pohon-pohon berjatuhan karena longsor. Efek dari gempa yang begitu dahsyat membuat begitu banyak orang-orang kehilangan tempatnya untuk bernaung, banyak anak-anak yang berubah seketika menjadi Yatim-Piatu, banyak pula orang-tua yang berubah menjadi gila mendapati anak-anaknya hilang sekejap mata, bahkan diantaranya tepat dalam pandangan mereka. Infrastruktur banyak yang hancur, banyak pula yang tidak lagi bisa dipakai. Dimana itu semua membuat susahnya distribusi bantuan untuk bisa mengalir. Ada 3 buah yang hilang seketika dihantam longsor dan langsung menjadi kuburan masal, bahkan banyak sekali kejadian miris yang tak sanggup aku lukiskan disini. Yang pasti, fokusku dan teman-teman adalah untuk menangani anak-anak yang secara psikis menderita trauma akan gempa. Kami pun meneriakkan teriakan yang sama seperti waktu di Cianjur yaitu “Kita Semua… Bergembira”. Sangat efektif untuk merangsang serta mendobrak pikiran anak-anak yang sedang dalam keadaan takut. Dan permainan pun sama, maklum adanya karena kami sendiri sebenarnya lebih berdasarkan pada kepedulian yang tinggi dan belum bisa menata dengan baik, program serta konsep yang bagus untuk penanganan hal-hal seperti demikian. Hanya berdasar pula pada pengalaman pribadi masing-masing. Seperti aku dan Koelit Ketjil. Sampai pada akhirnya aku berani menyatakan bahwa program itu sukses dan tetap akan berjalan selama satu tahun. Tentu tetap dengan bermodalkan tekad dan keyakinan belaka. Dan semoga Tuhan memberi kami jalan. Ceritanya bisa dibaca disini

Dan kini, sedikit ingin membagi pikiran pada program Taman Baca yang memang seharusnya tetap konsisten. Maka setelah kembali dari perjalanan yang sedikit banyak membuat lelah, Taman Baca akan meneruskan program Pemeriksaan Gigi Gratis ini pada bulan Desember, hari ke 17 tahun ini. Semoga semua bisa berjalan lancar.

Beribu maaf aku ucapkan pada teman-teman yang selalu mensupport Taman Baca, lama aku tinggalkan dan tiada sua.

Salam.

6 Responses

  1. ikkyu_san a.k.a. imelda Says:

    aku sudah lama mengetahui bahwa Padang adalah salah satu tempat yang ingin kukunjungi lagi. Jauh sebelum aku mendarat di Jepang.
    Danaunya! aku paling suka…

    EM

  2. deeja Says:

    Jangan sampai di anak-tirikan taman bacanya :) kasihaaannn….banyak yg harapan disana…semoga menjadi nyata …dgn semangat yg tak pernah sirna :)

  3. misterdicious Says:

    Wish you the best luck & success on December 17th :)

  4. Djohan Kohar Says:

    Perjalanan kehidupan yang ditapaki dengan penuh keikhlasan, tidak ada yang memuji, tidak ada yang menghargai, bahkan tidak ada yang membantu…. tetapi percayalah saudara airku bahwa pujian, penghargaan, bantuan itu akan datang pada waktunya….. Allah senantiasa punya rencana terbaikNYA; Saat ini yang bisa kulakukan hanyalah memberi support tertulis seperti ini.

  5. Hibah Sejuta Buku Says:

    Semoga bisa mebagi waktu dan mana yg lebih prioritas :D

    sobt mohon dukuangan dan masukan :D

  6. hamlennon Says:

    Gimana kabar taman bacaannya sekarang mas. Salut buat teman2 semua!

Leave a Comment

Please note: Comment moderation is enabled and may delay your comment. There is no need to resubmit your comment.