Sekilas Taman baca
January 30th, 2009 by Kika
Lembayung
“Membaca adalah perlintasan langkah yang menentukan sebuah kebesaran manusia”.
Tulisan diatas adalah karangan sendiri dari admin Taman Baca, dan semua terinspirasi akan dahsyatnya kekuatan membaca. Dibelahan dunia manapun, keberhasilan “membaca” yang mampu mendorong keberhasilan dunia mereka menjadi maju.
Dalam lingkup filsuf, membaca adalah satu hal dan satu hak yang dipunyai setiap orang. Tidaklah membaca hanya diartikan dengan membuka buku, dan mengurutkan bagian huruf-huruf yang tersusun rapi di atas kertas. Kejadian-kejadian yang mengenali diri kita, juga kejadian-kejadian yang terjadi di sekitar kita, akan selalu melahirkan sebuah “bacaan”.
Sedikit berbicara masalah keadaan Jakarta yang penuh sesak, penuh debu, asap hitam kendaraan dan tentunya macet. Itu semua melahirkan sebuah “taman baca” buat setiap pribadi dengan menanyakan “kenapa bisa terjadi?”. Jakarta macet, karena semakin banyaknya urban datang (termasuk kami) mencari dan mencumbu keseksian indahnya Jakarta. Semua terjadi dimana kesempatan mendapatkan kerja yang baik dan bagus sangatlah minim tersedia. Belum lagi pendatang asal “nekad” yang menceburkan diri dengan kepahitan Jakarta.
Kenapa? Semua terjadi karena kesempatan “membaca” yang sangat terbatasi. Kecepatan dan transformasi informasi yang lebih bagus, juga membawa para sarjana mengadu kertas-kertas perjangan mereka selama 5 tahun. Disinilah letak disiplin “membaca” yang sangat terlupakan. Bila seseorang bisa membaca dengan baik, menelaahnya dan kemudian mengejawantahkannya dalam kehidupan sebenarnya, maka tidak akan banyak pengangguran. Sifat ketergantungan setiap pribadi dengan menggantungkan diri pada kata “kerja”, juga terjadi karena kesalahan “membaca”. Kerja adalah berangkat pagi pulang sore dan ada yang menggaji. Sebuah kekeliruan yang nyaman dan terus menerus diterapkan dalam banyak pribadi di Indonesia ini. Dan kembali lagi itu terjadi karena kurang mampunya para pendahulu memberikan “bacaan” kepada keturunannya. Taman Baca yang semestinya bisa dihidupkan dalam setiap pribadi dengan baik menjadi berkurang rasa manisnya karena terlalu banyak penekanan untuk menunggu.
Macetnya Jakarta, terjadi karena banyak sekali kesalahan menyenangkan yang tidak perlu dilakukan. Dimana para pengendara mendapatkan ijin mengendara terlebih dulu dengan tidak “membaca” tulisan hindari calo. Dan para calo lebih banyak karena mereka adalah rekan bahkan mungkin petugasnya sendiri, kembali lagi terjadi karena mereka “tidak membaca” tulisan yang mereka tulis sendiri. Belum lagi ditambah para pengelola yang masih belum juga mau membaca keadaan. Dan masih banyak lagi contoh-contoh terjadi karena kurangnya membaca.
Membaca adalah bagian dari pendapatan Ilmu, dan ilmu hanya bisa didapat dengan pendidikan baik formal maupun informal. Dan selayaknya pendidikanpun menjadi hak bagi mereka yang putus sekolah. Bila para sarjana di Indonesia ini banyak menganggur, bagaimana dengan mereka yang tidak sempat merasakan sekolah?
Bila pendidikan di negeri ini bagus, maka pejabat kita pun akan jadi bagus, dan bila pejabat kita bagus, maka mbah tiyem tidak akan lagi kesulitan mendapatkan penghormatan akan pengorbanan yang sudah dilakukannya di masa perang kemerdekaan, dan beliau bisa makan dengan tenang tanpa harus pergi ke Jakarta untuk mendapatkan sedikit komisi agar bisa menyambung hidup.
Diatas adalah sekelumit ide dasar dari pendirian Taman Baca, semua aspek di kehidupan ini sangat ditentukan dengan pendidikan, dan Taman Baca adalah usaha untuk meratakan pendidikan, agar minimal diri pribadi masing-masing bisa jadi maju. Amin.
- Posted in Kebutuhan, Perjalanan Taman Baca, Program, Symphony, Taman Baca